Analisis Consciousness sebagai Struktur Dasar Pengetahuan dan Metode untuk Memperoleh Pengetahuan dalam Anime Dr. Stone

Umanitya Fitri Hanryana
15 min readOct 24, 2020

--

Dr. Stone merupakan karya fiksi berbentuk serial komik dan juga animasi jepang yang ditulis oleh Riichiro Inagaki. Dalam artikel ini, objek yang diamati hanya merujuk kepada animasi dari Dr. Stone. Animasi ini menceritakan mengenai kejadian dimana seluruh manusia tiba-tiba menjadi batu. Setelah beberapa ribu tahun, Senku Ishigami bangkit dan menyadari bahwa dirinya dapat bangkit dikarenakan batu yang melapisi tubuhnya terkikis oleh asam nitrat, lalu kemudian disusul oleh hidupnya teman Senku yang bernama Taiju Oki. Mereka berdua berusaha menghidupkan Kembali peradaban manusia yang telah mati. Mereka mencari tau agar orang-orang yang lainnya dapat dibangkitkan kembali dan memulai peradaban baru manusia. Namun, terjadi banyak lika-liku dalam membangkitkan kembali peradaban manusia. Sempat pula terjadi peperangan antara kerajaan ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh Senku dengan kekaisaran kekuatan yang dipimpin oleh Tsukasa. Dalam artikel ini, penulis akan membahas mengenai beberapa problem epistemologi yang ada dalam animasi tersebut meliputi kesadaran sebagai struktur dasar pengetahuan, Dualisme Rene Decartes, dan metode memperoleh pengetahuan.

Seiring berjalannya waktu, studi mengenai ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan. Dalam ilmu filsafat terdapat 3 sistematika dalam filsafat, yaitu epistemologi, aksiologi, dan ontologi. Dalam artikel ini, penulis akan membahas mengenai epistemologi. Menurut Uhi, Epistemologi merupakan sistematika ilmu filsafat yang secara khusus membahas pertanyaan-pertanyaan secara komprehensif dan radikal tentang pengetahuan (Uhi, 2011). Epistemologi meliputi tentang bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Bahrum mengatakan bahwa landasan dalam tataran epistemologi adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral (Bahrum, 2013). Untuk memperoleh pengetahuan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar mendapat pengetahuan yang terjustifikasi benar. Selain itu, ada beberapa hal yang dapat menjadi struktur dasar dalam memperoleh pengetahuan, salah satunya adalah kesadaran.

Kesadaran menurut Zeman kata consciousness atau kesadaran berasal dari bahasa Latin conscio yang dibentuk dari kata “cum” yang berarti “with” atau “dengan” dan “scio” yang berarti “know” atau “tahu” (Zeman dalam Hastjarjo, 2005:80). Kesadaran merupakan suatu hal yang bersifat sangat privat dan subjektif. Hal ini dapat dilihat dari sebuah narasi yang pernah disampaikan oleh Bung Sandi pada perkuliah epistemologi. Ada 2 buah kopi flores yang diracik secara identik. Kemudian diminum sampai habis oleh 2 orang yang berbeda. Mereka sama-sama merasakan kenikmatan dari kopi tersebut. Kendati demikian, masing-masing dari dua orang tersebut tidak memiliki kepastian bahwa pengalaman ‘nikmat’ yang mereka alami itu identik walaupun kopi yang mereka minum tersebut identik. Pengalaman subjektif internal tiap individu tersebutlah yang dapat disebut dengan kesadaran. Kesadaran menjadi sangat subjektif karena hanya masing-masing individu yang dapat merasakannya dan tidak dapat dirasakan dan diakses oleh orang lain.

Dalam memperoleh pengetahuan, kita dapat menggunakan sebuah metode. Metode merupakan suatu prosedur atau proses untuk memperoleh pengetahuan yang terjustifikasi benar. Mustofa berpendapat bahwa metode berpikir ilmiah memiliki peran penting dalam mendukung manusia untuk memperoleh pengetahuan baru dalam menjamin eksistensi manusia bukanlah sebuah bualan belaka (Mustofa, 2016). Untuk memperoleh pengetahuan, terdapat tiga macam metode yaitu metode deduksi, metode induksi, dan metode abduksi.

Menurut Bakry, metode deduksi adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kepastian diturunkan dari pangkal-pikirnya (Bakry, 2009). Metode deduksi merupakan suatu proses penalaran atau penyimpulan dari premis umum lalu disimpulkan ke kesimpulan khusus atau partikular. Di dalam deduksi, jika premis benar maka kesimpulannya niscaya benar. Proses penyimpulan pada metode deduksi didasarkan pada kesahihan premis-premis. Dalam metode deduksi juga fokus pada validitas premis-premis.

Metode yang kedua adalah metode induksi. Metode induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi atau tidak niscaya benar (Bakry, 2009). Cara berpikir pada metode induksi berasal dari premis-premis khusus kemudian dihasilkan kesimpulan yang umum. Metode ini fokus kepada kebenaran yang bersifat material karena bergantung dan melihat kepada kebenaran empiris. Dalam metode induksi ini, dapat menggunakan observasi dan eksperimen. Metode induksi ini dibagi menjadi dua yaitu enumerative induction dan hypothetical induction.

Metode yang ketiga adalah metode abduksi. Metode ini ditemukan oleh seorang filsuf amerika yang bernama Charles Sanders Pierce (1839–1914). Metode abduksi merupakan penyimpulan untuk menghasilkan eksplanatoris yang baik. Abduksi adalah sebuah metode dimana sebuah penalaran ilmiah bisa berangkat bisa hanya dari bermodal hipotesa semata (Muktaf, 2016). Jika kemudian hipotesa tidak mampu menjelaskan fakta atau tidak cocok, maka dicari hipotesa yang lain (Keraf dan Dua dalam Muktaf, 2001).

Dalam tulisan ini, saya akan membahas mengenai kesadaran sebagai struktur dasar pengetahuan dan metode dalam memperoleh pengetahuan di dalam animasi berjudul Dr. Stone. Dengan mengkaji permasalahan epistemologi menggunakan animasi Dr. Stone, diharapkan pembaca dapat memahami dengan mudah mengenai permasalahan epistemologi tersebut. Saya memakai media animasi dikarenakan animasi merupakan sebuah karya fiksi yang dapat digunakan sebagai eksperimen pemikiran dan dapat digunakan sebagai contoh-contoh dari permasalahan epistemologi yang dibahas oleh penulis.

Saya akan membahas beberapa pertanyaan inti yang terdapat dalam pembahasan artikel ini. Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi inti dari pembahasan yang dipaparkan pada artikel ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:

a) Apakah itu kesadaran?

b) Bagaimana kesadaran bisa menjadi struktur dasar pengetahuan?

c) Apa itu metode induksi, deduksi, dan abduksi?

d) Bagaimana tokoh Senku bisa memperoleh pengetahuan menggunakan metode induksi, deduksi, dan abduksi?

Pembahasan

Animasi Dr. Stone yang ditulis oleh Yuichiro Kido, disutradarai oleh Shinya Lino, dan dianimasikan oleh TMS Entertainment, merupakan animasi yang cukup unik karena di dalamnya terdapat berbagai macam problem filosofis. Selain itu, kita juga bisa mengkaji dan memahami beberapa teori-teori epistemologi melalui animasi Dr. Stone. Secara garis besar animasi ini menceritakan tentang sebuah kota yang normal. Namun, tiba-tiba seluruh umat manusia yang berada di kota tersebut berubah menjadi batu. Setelah beberapa tahun, akhirnya ada sekumpulan orang yang bisa bangkit dari batu tersebut. Mereka Pun berusaha untuk membangun peradaban manusia kembali dari nol. Kita dapat melihat berbagai penerapan dan contoh-contoh dari kesadaran sebagai struktur dasar dari pengetahuan dan metode memperoleh pengetahuan dari animasi Dr. Stone.

Pertama, penulis akan membahas mengenai kesadaran. Kesadaran atau consciousness merupakan hal yang sangat individual dan subjektif dikarenakan setiap orang memiliki pengalaman subjektif internal yang berbeda. Hastjarjo mengatakan bahwa ada enam arti kesadaran yang dilengkapi dengan referensinya menurut OED yaitu pengetahuan bersama, pengetahuan atau keyakinan internal, keadaan mental yang sedang menyadari sesuatu (awareness), mengenali tindakan atau perasaan sendiri (direct awareness), kesatuan pribadi yaitu totalitas impresi, pikiran, perasaan yang membentuk perasaan sadar dan keadaan bangun atau terjaga secara normal (Hastjarjo, 2005). Kesadaran juga dapat dikatakan sebagai pengalaman subjektif kualitatif atau qualia. Pawlik dalam Hastjarjo juga menjelaskan bahwa ada dua rumusan kesadaran, yang pertama adalah aspek fungsional kesadaran, dalam pengertian perhatian dan awareness serta aspek fenomenologis kesadaran, dalam pengertian kesadaran yang menggambarkan kesadaran internal terhadap pengalaman sadar diri seseorang (Pawlik dalam Hastjarjo 1998: 187).

Menurut para filsuf, bentuk realitas dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah material fisikal. Kedua adalah immaterial mental.[11] Material fisikal merupakan realitas diluar diri kita atau eksternal. Realitas material fisikal ini bersifat objektif. Sedangkan realitas immaterial mental merupakan realitas yang berada di dalam diri kita atau internal subjektif. Kesadaran merupakan fenomena mental internal yang subjektif. Kedua realitas ini menjadi problem dalam filsafat, yaitu dualism philosophy of mind. Kesadaran memiliki 5 ciri-ciri[12].

Ciri pertama adalah kesadaran merupakan pengetahuan langsung atau direct knowledge. Pengetahuan langsung atau Direct knowledge artinya adalah pengetahuan ini tidak memerlukan observasi dan proses penyimpulan terlebih dahulu. Selain itu, objek penahu juga akan langsung memahami jika ia memiliki kesadaran. Direct knowledge ini dapat dilihat pada animasi Dr. Stone pada saat tokoh Senku Ishigami bangkit dari kehidupannya karena sebelumnya Senku berubah menjadi batu. Ada kesadaran yang terjadi pada internal diri Senku yaitu sebuah pengalaman subjektif yang dengan segera bisa ia kenali tapi tidak bisa diakses oleh orang lain. Senku dapat langsung mengenali bahwa ia sudah bangkit dari batu. Sama halnya dengan teman Senku, yaitu Taiju Oki. Beberapa waktu setelah Senku bangkit, Taiju pun juga bangkit secara tiba-tiba. Taiju juga langsung mengenali bahwa ia sudah bangkit dari batu.

Ciri kedua dari kesadaran adalah kesadaran selalu tampil di dalam sudut pandang orang pertama. Kita dapat menyadari kesadaran diri sudut pandang kita sendiri. Tidak ada akses menuju ke kesadaran orang lain kecuali sudah diekspresikan melalui bahasa. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa pada animasi Dr. Stone ketika Senku dan Taiju bangkit dari batu menjadi manusia. Kendati peristiwa atau fenomenanya identik, tidak berarti bahwa pengalaman yang mereka rasakan sama. Kesadaran sangatlah bersifat subjektif, kesadaran yang dimiliki Taiju tidak dapat diakses oleh Senku begitu pula sebaliknya. Kejadian bangkitnya Senku dan Taiju merupakan dua kejadian yang identik dan sama persis. Namun, pengalaman yang dialami Senku dan Taiju berbeda. Hal ini disebabkan karena kesadaran mereka merupakan hal yang sangat subjektif. Walaupun peristiwa atau fenomenanya identik, tidak berarti bahwa pengalaman yang mereka rasakan sama.

Ciri ketiga adalah material dari kesadaran merupakan pengalaman subjektif. Seluruh tindak perseptual kita merupakan bahan baku yang akan menjadi pengalaman subjektif “aku” dalam diri kita. Ciri keempat adalah kesadaran merupakan fenomena mental immaterial bukan merupakan fenomena material fisikal. Fenomena material fisikal tunduk pada hukum fisika dan kausalitas sedangkan fenomena immaterial mental tidak. Kedua hal tersebut adalah titik mula dari munculnya problem dualisme mind and body pada philosophy of mind. Ciri yang terakhir adalah observer dependent. Fenomena kesadaran selalu bergantung pada sudut pandang pengamat. Yang dimaksud pengamat adalah “keakuan” yang bukan merupakan realitas eksternal yang objektif namun sebuah relalitas internal yang subjektif.

Pembahasan mengenai kesadaran awalnya muncul karena pemikiran dari Rene Decartes. Rene Decartes merupakan filsuf rasionalis yang mengatakan bahwa kodrat pengetahuan substantial pastilah apriori. Segala sumber pengetahuan berasal dari akal budi atau rasio. Selain itu, terkenal dengan ucapannya yaitu “cogito ergo sum” atau “aku berpikir maka aku ada”. Rene Descartes membangun argumentasi mengenai keberadaan kesadaraan bawaan atau res cogitans dan kesadaraan keluasan atau res extensa. Kesadaran bawaan pada subjek memberikannya kemampuan mengenali realitas yang memiliki keluasan. Karena hubungan antar keduanya tetap, kesadaran keluasan tersebut dapat dijangkau dengan penalaran matematis. Di sini, Rene Descartes mengatakan bahwa mind dan body merupakan dua substansi yang berbeda dan terpisah karena yang dapat dipahami secara rasional hanyalah fenomena badaniah saja. Pemisahaan ini dikenal sebagai “dualisme Cartesian.” Menurut hakim dalam khaeroni Rene Descartes mencetuskan sebuah teori dualisme. Dualisme maksudnya adalah manusia terdiri dari dua substansi yang berbeda yaitu jiwa dan tubuh (Khaeroni, 2014). Untuk mencapai kesimpulan dualisme cartesian atau mind and body merupakan dua substansi yang berbeda dan terpisah, Rene Decartes menggunakan empat tahap perenungan. Pertama kita dapat membayangkan bahwa pikiran dapat eksis tanpa tubuh. Kedua, dengan demikian dapat dipahami bahwa pikiran atau jiwa dapat eksis tanpa tubuh. Ketiga, mungkin saja pikiran atau jiwa eksis tanpa tubuh. Keempat, dapat disimpulkan bahwa pikiran atau jiwa merupakan entitas yang berbeda dan terpisah dari tubuh. Karena keduanya merupakan substansi yang berbeda, maka keduanya dapat eksis tanpa bergantung dengan satu sama lainnya.

Plato menulis buku berjudul Phadeo, dalam buku tersebut plato berpendapat bahwa ada dua substansi berbeda. Substansi yang dianggap benar adalah forma eternal. Forma eternal dapat disebut juga dengan idea. Selain forma eternal, sesuatu yang lainnya adalah fisikalitas ephermal. Tubuh adalah fisikalitas ephermal yang berkedudukan inferior terhadap forma atau idea. Menurut Plato, idea atau forma ini disebut sebagai true substance karena hal ini merupakan yang tidak hanya membuat dunia menjadi mungkin atau possible, tetapi juga terpahami atau intelligible, karena berperan dalam melakukan performa universal.

Implikasi dualisme Cartesian dapat dilihat dari sebuah adegan dalam animasi Dr. Stone. Saat Senku masih menjadi batu, ia masih dapat berpikir walaupun tubuhnya tidak dapat berfungsi. Hal ini dapat dibuktikan ketika Senku masih menjadi batu, otaknya masih dapat bekerja. Ia masih bisa berfikir dengan cara menghitung hari. Hal ini tidak berlangsung secara mulus. Terkadang Senku kehilangan kesadarannya akibat terlalu lama menjadi batu, namun ia masih tetap berusaha untuk menghitung hari dan mengembalikan kesadarannya. Akibatnya, ketika Senku bisa bangkit dari batu, ia dapat mengetahui berapa lama ia menjadi batu. Dari adegan tersebut, dapat dilihat bahwa mind dapat eksis tanpa body. Hal ini dapat dilihat ketika Senku masih dapat berpikir walaupun tubuhnya tidak berfungsi. Perubahan fisik dalam fenomena ini tidak mempengaruhi terhadap hal mental immaterial.

Selain itu implikasi dualism Cartesian juga dapat dilihat dari adegan pada anime Dr. Stone pada peristiwa yang menimpa Taiju Oki. Sesaat sebelum ia berubah menjadi batu, Taiju Oki menemui Yuzuriha Ogawa. Yuzuriha merupakan seorang wanita yang dicintai oleh Taiju Oki. Pada saat itu, Taiju Oki menemui Yuzuriha Ogawa untuk menyatakan perasaan cintanya. Namun, keberuntungan tak berpihak kepada Taiju Oki. Saat ingin menyatakan perasaannya, Tiba-tiba seluruh umat manusia menjadi batu. Beberapa tahun kemudian, Taiju Oki bangkit dari batu. Saat bangkit, ia kemudian mencari batu dari Yuzuriha Ogawa. Perasaan cinta dari Taiju Oki kepada Yuzuriha Ogawa masih sama walaupun tubuhnya membatu selama beribu-ribu tahun. Peristiwa tersebut juga menunjukan bahwa perubahan fisik, dalam hal ini maksudnya adalah tubuh Taiju Oki yang berubah menjadi batu tidak mempengaruhi terhadap hal mental immaterial. Dalam hal ini yang dimaksud hal mental immaterial adalah perasaan cinta Taiju Oki terhadap Yuzuriha Ogawa. Peristiwa tersebut juga dapat membuktikan bahwa mind and body merupakan dua substansi yang berbeda.

Kesadaran sebagai struktur dasar dari pengetahuan sangat berhubungan erat dengan dualisme Rene Decartes. Hal ini dikarenakan Decartes mengatakan bahwa segala sumber pengetahuan berasal dari akal budi atau rasio dan apriori. Kesadaran merupakan apriori karena kesadaran sangatlah privat dan merupakan direct knowledge kepada subjek penahu. Karena hal tersebut maka kesadaran dapat dikatakan sebagai struktur dasar dari pengetahuan.

Senku dan kawan-kawannya berusaha membangun peradaban manusia kembali dan dia ingin menghidupkan kembali manusia yang membatu. Dalam usaha untuk membangun peradaban dari awal, Senku dan kawan-kawannya melakukan proses untuk memperoleh pengetahuan dengan tiga metode yang ada. Yaitu metode deduksi, induksi, dan abduksi. Metode memperoleh pengetahuan merupakan suatu proses atau prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan terjustifikasi. Secara etimologi metode berasal dari dua kata “meta” dan “hodos”. “Meta” berarti melalui atau melampaui, sedangkan “hodos” berarti jalan. Metode dapat diartikan sebagai melalui jalan. Maksudnya adalah metode merupakan suatu prosedur karena dalam prosedur sudah ditentukan jalan dan langkah-langkah untuk mencapai sebuah tujuan tujuan. Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu. Dalam konteks ini adalah bagaimana cara kita untuk memperoleh pengetahuan.

Secara umum, terdapat 3 metode dalam memperoleh pengetahuan. Yang pertama akan kita bahas adalah metode deduksi. Metode deduksi adalah suatu proses penyimpulan dari premis yang umum lalu disimpulkan kedalam premis yang lebih partikular atau dari premis umum ke khusus. Menurut Bakry metode deduktif merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuk serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal-pikirnya (Bakry, 2009). Secara umum, prinsip di dalam metode deduksi adalah jika premis dalam suatu silogisme mempunyai nilai kebenaran dan strukturnya sesuai dengan prinsip logika, maka nilai kebenaran dari kesimpulannya niscaya benar atau tidak probable. Deduksi merupakan sebuah metode dari dari premis-premis kecil atau aksioma kemudian dapat diturunkan ke dalam sejumlah besar kesimpulan atau teorema. Metode deduksi ini sudah banyak digunakan oleh filsuf pada masa Yunani. Aristoteles bahkan menuliskan buku yang berjudul Organon. Organon berisi mengenai kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika yang terdiri dari lima buku dan buku ketiga terbagi atas dua bagian sehingga semua terdiri atas enam bagian. Dalam buku Aristoteles yang berjudul Organon, ia mensistemasikan mengenai prinsip-prinsip dari metode deduksi. Di dalam buku tersebut, Aristoteles menemukan metode deduksi yang kemudian hari kita sebut dengan logika. Semua kegiatan mental immaterial kita disebut dengan berpikir. Berpikir yang lebih disiplin dan melihat hubungan antar pernyataan dan masuk akal disebut bernalar atau reasoning. Bernalar yang mematuhi hukum logika disebut dengan berpikir logis. Berpikir tidak mesti bernalar, bernalar tidak mesti logis. Berfikir jika sudah tunduk kepada prinsip logika maka dengan sendirinya kita sudah bernalar dan berpikir. Organon berarti tools atau peralatan, dalam konteks ini, deduksi merupakan peralatan berpikir atau prosedur untuk menghasilkan pengetahuan melalui bernalar dan penyimpulan berdasarkan prinsip-prinsip logika. Dalam deduksi yang penting adalah soal validitas atau kesahihan. Metode yg digunakan bukan dari kebenaran material atau empiris, justru menjamin kesimpulan yang sahih secara struktur dan formal memenuhi prinsip-prinsip dalam logika.

Metode deduksi ini dapat kita temukan di dalam animasi Dr. Stone. Pada saat Senku bangkit dari pembatuan. Ia berpikir dan menerapkan metode deduksi. Hal ini dapat dilihat dari contoh silogisme di bawah ini:

Premis 1 : Seluruh umat manusia menjadi batu.

Premis 2 : Taiju Oki adalah manusia.

Kesimpulan : Taiju Oki menjadi batu.

Dari silogisme diatas, dapat disimpulkan bahwa silogisme tersebut sahih dan valid. Metode deduksi menekankan pada kesahihan dan validitasnya dan juga nilai kebenarannya niscaya benar. Dengan demikian, karena proses deduksi tersebut Senku menyimpulkan bahwa Taiju Oki juga menjadi batu. Maka Senku mencari jalan bagaimana kawannya, yaitu Taiju Oki dapat bebas dari proses pembatuan.

Metode yang kedua adalah metode induksi. Menurut Bakrey, metode induksi merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material karena berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya kebolehjadian, maksudnya selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti (Bakry, 2009).

Seorang filsuf yang berasal dari Inggris bernama Francis Bacon menulis buku berjudul Novum Organum. “Novum” artinya baru sedangkan “Organum” artinya adalah tools atau alat. Jadi, Novum Organum berarti alat baru atau metode baru. Dalam bukunya, Bacon mensistematisasi metode induksi ini. Metode induksi merujuk kepada kebenaran material maka dari itu perlu melakukan observasi untuk mendapatkan kesimpulan. Francis Bacon mengubah sejarah menjadi pengetahuan modern dikarenakan ilmu pengetahuan modern lebih menitikberatkan kepada metode induksi, sedangkan filsafat lebih kepada metode deduksi karena banyak berspekulasi. Hal ini yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan filsafat terpisah secara perlahan.

Metode induksi merupakan kebalikan dari metode deduksi. Metode ini mengambil kesimpulan umum dari premis-premis khusus atau partikular. Kesimpulannya diturnkan dari premis-premis namun tidak dengan keniscayaan melainkan bersifat probable. Metode induksi melihat pada kebenaran empiris tetapi tidak menitik beratkan pada kesahihan dan validitas. Metode induksi dapat menentukan fakta yang belum teramati berdasarkan dari fakta yang sudah teramati. Metode induksi dibagi menjadi dua. Pertama adalah enumerative induction dan hypothetical induction. Enumerative induction merupakan generalisasi dari premis khusus ke umum yang dilakukan berdasarkan bukti-bukti dari hal ihwal yang khusus. Metode enumerative induction ini dapat ditemukan di dalam animasi Dr. Stone pada saat Senku melakukan sebuah observasi mengenai unggas. Saat setelah bangkit dari pembatuan, Senku melakukan sebuah observasi kepada unggas unggas karena dalam hal tersebut hanya unggas dan manusia yang melakukan pembatuan. Senku menemukan hal ihwal berupa burung A, burung B, burung C, burung D, sampai sample yang dibutuhkan cukup. Lalu ditemukan bahwa burung A, B, D, semuanya menjadi batu. Maka Senku dapat menyimpulkan bahwa seluruh unggas mengalami pembatuan. Namun hal ini tidak dapat dipastikan bahwa hal tersebut niscaya benar, namun derajat kemungkinannya tinggi dikarenakan Senku sudah menemukan hal ihwal yang cukup representative terhadap sample yang ditemui.

Induksi yang kedua adalah hypothetical induction. Induksi ini merupakan bentuk induksi yang lebih modern. Di Dalam induksi ini pertama-tama yang dilakukan adalah membuat hipotesis. Kemudian dari hipotesis tersebut, kita mencari fakta-fakta. Apabila fakta yang kita temui sesuai dengan hipotesis maka hipotesis tersebut akan menjadi sebuah teori. Namun apabila tidak sejalan, kita harus mengganti hipotesis tersebut.

Dalam animas Dr. Stone kita dapat menemui metode hypothetical induction ini saat tokoh Senku mencari tahu mengapa batu yang menyelimuti tubuhnya bisa lapuk sehingga ia dapat bangkit. Lalu Senku melakukan observasi. Ia memiliki hipotesis bahwa batu yang menyelimuti tubuhnya bisa lapuk karena asam nitrat. Lalu Senku menemukan fakta dilapangan bahwa tubuh Taiju bisa lapuk juga karena pada saat itu posisi tubuh Taiju berada di dalam goa yang didalamnya dipenuhi oleh kelelawar. Kotoran kelelawar mengandung asam nitrat. Maka hipotesis dengan fakta yang ada di lapangan cocok. Fakta kedua adalah tubuh Senku bisa lapuk dari pembatuan karena saat menjadi batu, juga karena ia bangkit di sekitar goa yang dipenuhi oleh kelelawar tersebut. Maka dari itu, karena fakta-fakta yang ditemukan di lapangan sesuai dengan hipotesis yang dipikirkan oleh Senku maka hipotesis tersebut terbukti benar. Selain itu, karena hipotesis terbukti benar maka dapat disimpulkan sebuah teori bahwa asam nitrat merupakan suatu bahan yang dapat membuat manusia lapuk dari pembatuan.

Metode berikutnya adalah metode deduksi. Metode ini merupakan penyimpulan untuk menghasilkan eksplanasi yang terbaik. Prinsip ini dikenalkan oleh filsuf abad pertengahan yaitu William Ockham. Ockham menghapuskan hal-hal yang bersifat abstrak. Ia menggunakan alat atau cara berfikir Ockham razor. Yaitu berfikir dengan cara menyederhanakan, menghemat prinsip-prinsip, dan menggunakan asumsi yang sederhana. Ada 4 prinsip dalam abduksi yaitu simplicity, dapat diuji, koheren, dan komprehensif. Metode deduksi ini juga diterapkan dalam animasi Dr. Stone.

Saat itu Senku dan kawan-kawannya mencari tahu mengapa seluruh umat manusia dan unggas bisa menjadi bati. Muncul beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hipotesis yang pertama adalah seluruh umat manusia dan unggas menjadi batu karena kehendak tuhan. Namun hipotesis ini akan menimbulkan asumsi-asumsi yang lainnya seperti apakah tuhan benar-benar ada? Mengapa tuhan melakukan itu? Apakah tuhan memiliki kehendak? Apakah tuhan maha segalanya? Dan lain sebagainya. Hipotesis kedua adalah karena kejadian alam. Namun hal ini juga akan menimbulkan asumsi lainnya seperti mengapa hanya unggas dan manusia saja yang menjadi batu? Mengapa alam bisa membuat manusia dan unggas menjadi batu? Dan lain sebagainya. Hipotesis ini juga cenderung menghasilkan asumsi-asumsi lainnya. Hipotesis ketiga adalah akibat mesin ilmiah yang membuat manusia menjadi batu. Dalam hal ini, diceritakan bahwa memang ada sebuah mesin ilmiah yang membuat manusia menjadi batu. Mesin ini bernama medusa, mesin ini memang sengaja diciptakan oleh manusia dengan tujuan tertentu. Hipotesis mesin medusa ini dapat dibuktikan secara empiris, paling simple, koheren, dan cukup komprehensif untuk menjelaskan pertanyaan Senku mengapa manusia menjadi batu. Kendati ini adalah teori yang paling simple belum tentu teori ini menjadi yang paling benar, namun teori ini menjadi teori yang paling baik.

Kesimpulan

Kesadaran merupakan salah satu unsur yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dikarenakan kesadaran bersinggungan dengan dualisme Rene Decartes. Dalam dualisme Rene Decartes dikatakan bahwa segala sumber pengetahuan berasal dari akal budi atau rasio dan apriori. Kesadaran merupakan apriori karena kesadaran adalah sebuah pengetahuan langsung atau direct knowledge, maka kesadaran dapat dikatakan sebagai struktur dasar dari pengetahuan. Implikasi kesadaran dan dualisme dapat kita lihat dalam animasi Dr. Stone ketika Senku mengalami pembatuan namun otaknya masih berfungsi dan dia masih memiliki kesadaran. Dalam memperoleh pengetahuan tokoh Senku juga mengimplikasikan tiga buah metode dalam memperoleh pengetahuan yaitu metode deduksi, induksi, dan abduksi. Maka dari itu, kita dapat belajar banyak dari animasi Dr. Stone dan melihat implikasi-implikasi epistemologi di dalamnya.

Daftar Pustaka

Uhi, J. A. (2011). Pengembangan Epistemologi Realisme Melalui Prinsip-Prinsip Kultural. Humanika.

Bahrum, S. M. (2013). Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Sulesana, 39.

Hastjarjo, D. (2005). Sekilas Tentang Kesadaran (Consciousness). Buletin Psikologi, Volume 13, №2, 80.

Mustofa, I. (2016). Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 123.

Bakry, D. N. (2009). Logika. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Muktaf, Z. M. (2016). Abduksi dan Deduksi: Sebuah Pendekatan Komprehensif. Zein Mufarrih Muktaf, 9.

Wahidmurni. (2017). Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif. 5.

Hastjarjo, D. (2005). Sekilas Tentang Kesadaran (Consciousness). Buletin Psikologi, Volume 13, №2, 80.

Al-alam, I. (2017). Problem Dualisme dalam Ontologi Filsafat Barat Modern dan Pascamodern. Tafsiyah Jurnal Pemikiran Islam Vol. 1, №2, 234.

Khaeroni, C. (2014). Epistimologi Rasionalisme Rene Decartes dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam. Didaktika Religia Volume 2, №2 , 191.

Pratama, H. S. (2020). Telaah Epistimologis Terhadap Kesadaran Dalam Problem Tubuh-Pikiran. Bahan Mata Kuliah Epistemologi, FIB UI, topik “Kesadaran”, 3.

Muhammad, A. (2017). Metodologi Sejarah: Pendekatan Eklektik.

--

--