cr www.azernews.az

Humankind and Religion

Umanitya Fitri Hanryana

--

Agama dan filsafat manusia sama-sama memberi latar belakang mengenai history of human being. Dalam filsafat manusia, sejarah manusia dijelaskan dengan beberapa teori, contohnya adalah teori evolusi Darwin. Dalam bukunya yang berjudul “The Origin of Speciese” Darwin menjelaskan bahwa sejarah pembentukan manusia berasal dari kera, lalu mengalami perubahan baik secara fisik maupun perilaku dan berevolusi menjadi manusia yang sekarang ini. Dalam agama pun juga dijelaskan mengenai sejarah manusia namun dalam narasi yang berbeda. Dalam agama samawi, dijelaskan bahwa proses pembentukan manusia berasal dari dua manusia pertama yaitu Adam dan Eve yang awalnya diciptakan oleh tuhan dan tinggal di surga. Namun, karena bisikan setan, akhirnya merekapun melakukan perbuatan yang melanggar perintah tuhan, karena kal tersebut maka tuhan marah dan akhirnya Adam dan Eve dihukum untuk tinggal di bumi.

untuk bertahan hidup, manusia dituntut untuk menjadi adaptif. Maksudnya adalah manusia harus bisa fleksibel menyesuaikan diri dalam kondisi apapun. Manusia beradaptasi dengan teknologi, muncul teknologi-tekonlogi yang mempermudah pekerjaan manusia dengan demikian manusia dapat bertahan hidup dengan lebih mudah.

Manusia memiliki kodrat atau nature. Manusia memiliki kodrat sebagai homo quarens. Yaitu manusia akan penasaran atau mempertanyakan segala hal yang ada disekitarnya . Selain itu nature manusia adalah animal rasionale. Yaitu sebagai manusia secara kodrati memiliki rasio atau akal. Hal tersebutlah yang membedakan manusia dengan hewan ataupun makhluk hidup yang lainnya. Dalam agama manusia juga memiliki nature, seperti dalam islam, sejatinya semua manusia adalah khilafah atau pemimpin. Manusia merupakan pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. Makna khalifah Allah juga dapat diartikan manusia adalah pengemban amanah Tuhan. Amanah yang dimaksud adalah tuhan mempercayakan kepada manusia untuk menegakkan aturan tuhan
sehingga dapat menciptakan kehidupan yang harmonis.

Diagnosa agama terhadap manusia adalah manusia merupakan makhluk yang bermasalah, dengan demikian makan manusia harus diperbaiki. Maka munculah dogma-dogma agama yang didalamnya terdapat aturan-aturan untuk memperbaiki manusia. Lalu munculah konsep tuhan. Tuhan merupakan sebuah konsep otoritas yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku manusia. Namun hal ini kontradiksi dengan ajaran agama bahwa tuhan
itu maha segalanya dikarenakan, tuhan telah mengetahui bahwa manusia menimbulkan kekacauan dan bermasalah namun mengapa manusia masih dibiarkan untuk hidup?

Agama menekan manusia dari sikap destruktif dikarenakan dalam agama terdapat dogma-dogma yang membatasi mausia dalam berperilaku. Hal ini menyebabkan manusia bertaqwa degan cara menjauhi perintah tuhan dan menjalankan perintah tuhan. Dengan demikian agama dapat mereduksi sifat-sifat destruktif dari manusia agar tidak merusak segalanya.

Namun disisi lain agama juga dapat menghancurkan kemanusiaan. Contohnya dalam kasus fanatisme agama yang mengkotak-kotakan manusia dalam agama tertentu. Seperti dalam kasus holocaust yang dilakukan oleh partai Nazi dan dipimpin oleh Adolf Hitler. Hitler melakukan genosida terhadap kurang lebih enam juta orang lebih penganut Yahudi di Eropa
selama Perang Dunia II. Hal ini disebabkan karena Hiltler benci sekali dengan Yahudi. Baginya Yahudi adalah sumber kekacauan yang ada di dunia dan Hitler menganggap bahwa bangsa Arya merupakan ras yang paling murni dan baik. Maka dari itu dalam kasus ini, agama bersifat mengkotak-kotakan sesuatu sehingga menimbulkan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Karena sifat manusia yang destruktif, maka muncul prescription yang digunakan untuk menekan sifat detruktif dari manusia. Hal ini muncul dalam dogma-dogma agama dengan adanya konsep dosa dan pahala. Untuk mencapai kedamaian harus ada resep yang ditebus. Untuk mendapatkan pahala maka kita harus berbuat baik dan tidak berbuat jahat apa bila jika tidak ingin mendapatkan dosa. Namun pada realitanya, tidak semua resep dapat ditebus. Seolah-olah sudah diberi resep sudah merasa damai padahal kita tidak tahu.

Agama mengajarkan kita cara menjadi manusia yang baik, menjadi manusia adalah tetang bagaimana cara kita untuk menjadi adaptif dalam segala hal. Jalani agama sesuai dengan porsinya bukan malah terlalu fanatik dalam beragama sehingga mendegradasi nilai kemanusiaan.

--

--